Kebahagian Yang Hampir Sirna

Sabtu, 14 Januari 2012 0 komentar

Singosari yang permai. Jalan Raya Kertanegara Barat II, jalan menuju ke rumahku. Enak lho punya rumah seperti ini dengan posisi tepat di depan jalan raya. Jadi jika ada sesuatu yang terjadi di sana, aku tinggal tengok aja di balik jendela depan rumah. Tidak perlu berlari-larian yang dapat membakar lemak tubuhku. Lihat karnaval, mobil-mobil mewah, sepeda motor bebek, bermacam kendaraan roda empat, kecelakaan, bahkan pemain Arema pun pernah aku temui di sana! Waduh, pergi ke stadion aja untuk melihat pemainnya berlaga jarang! Apalagi ini pemainnya langsung lewat di depan rumahku walaupun dengan laju secepat kilat (sebentar). Wah, hal yang sungguh menyenangkan bagiku meskipun diriku tidak bisa melihat secara detail satu persatu pemainnya.

Pagi yang cerah. Seperti biasanya,……

“ Stev…Stevie…! (suara dari ruang tamu)

Aku yang sudah siap untuk berangkat sekolah segera menemuinya.

“ Oh, C’mon Friend ! Kita berangkat.” (lagakku berbahasa inggris)

“ OK !“

Dalam perjalanan menuju ke sekolah…..

“ Eh, Stev! Tumben kamu tadi sudah siap kayak gene waktu aku jemput? Biasanya, aku harus menunggu 30 menit karena terlalu lamanya engkau kunciran!

“ Adisty, kamu tidak tahu apa? Kan karang aku tidak kunciran. Kamu lihat ndiri, ne ! Rambutku terurai lebay habis keramas (sambil mengibaskan rambutnya ala model sampo).

“ Oh, iya ya ! Pantesan…..

Adisty adalah sahabat kecil Stevie mulai dari TK, SD, sampai SMP. Tak disangka mereka bersekolah di tempat yang sama pula, yaitu SMPN 1 Singosari. Letaknya, tak jauh dari rumahnya dan Adisty, yaitu di Jalan Raya Anusapati 12, Singosari-Malang. Karena Singosari terkanal denagn penghasil keripik tempenya, maka di sudut-sudut sekolah kami selalu dihiasi dengan penjual keripik tempe. Enak, gurih, dan murah meriah. Waduh, sampai blenger blenger, dech makannya! Kalau kalian mau pergi bermain ke rumahku, jangan takut kehabisan keripik tempe, dech. Kan pusat penghasil keritik tempenya ada di dekat rumahku. Jadi, aku tinggal ke sana aja untuk memebelikannya buat kalian , hehehehehe.

Sesampai di sekolah.

“ Hai, Guys…! Gimana kabarnya? Sehari aja tidak bertemu kalian , serasa tak bertemu setahun!” sapaku pada Jennifer dan Terry.

“ Ahh, kamu bisa aja, Stev! Aku baik-baik saja, kok,” kata Jennifer

“ Iya, kita baik-baik aja, kok,” sambung Terry

“ Stev, ngomong-ngomong, boleh gak aku pinjem LKS B. Inggris kamu ?” Pinta Terry.

“Boleh. Emang ada PR apa ?”

‘ LhO! Kamu gimana sih, Stev! PR-nya halaman 29 yang A dan B aja, ituloh!” kata Adisty menerangkan.

“ Oh, yang itu! Tenang aja, Guys…Aku sudah, kok! Menika guampil !” selaku bercanda

“Iya, itu menurutmu! Sudah - sudah. Mana LKS-nya? Keburu masuk ini !” Ringik Terry.

Akhirnya, di sela-sela jam masuk sekolah, Terry berhasil mengcopy paste jawaban milik Si Stevy. Tidak ketinggalan pula Jennifer dan Adisty. Kami berempat merupakan sahabat dari SMP, kecuali aku dengan Adisty. Jady, sudah menjadi tradisi diantara kami untuk saling mencontek meskipun itu merupakan hal yang buruk. Tetapi, asal kalian ketahui, Terry adalah sahabatku yang sering menyontek. Walaupun sering menyontek begini, teman-temanku pasti bertanya dahulu dan menyuruh menerangkan apa maksud dari soal yang dipertanyakan. Jadi gak asal contek menyontek, getoh !

Tepat bel berbunyi pada pukul 06.30 WIB, mereka sudah selesai mengerjakan PR secara dadakan. Jam pertamapun dimulai. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 12.15 WIB. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat !

Akupun pulang dengan Adisty yang searah denagn rumahku naik angkot warna hijau jurusan Lawang-Arjosari (LA) dengan tariff 1.000,00 rupiah bagi para pelajar. Sedangakan Jennifer dan Terry, pulang ke rumahnya masing-masing yang tidak searah, Jennifer ke Tumapel dan Terry ke Lawang.

Sesamapai di rumah, aku menatap rumahku dengan penuh kesunyian seperti tak berpenghuni. Kucoba membuka pintu rumah, tetapi terkunci. Kuputuskan untuk lewat samping rumah dan akhirnya aku bisa memasukinya. Betul juga apa yang kuduga!. Ternyata rumahku sedang sepi. Pada kemana saja, ya semuanya? Kok suasananya berbeda kayak gene? Ah, lupakan dulu, dech. Karena masih kecapekan sekaligus kalaparan, aku langsung makan, minum, ganti baju, dan sholat.

Selesai sholat, tiba-tiba terdengar bunyi telepon dari ruang tengah. Spontan saja aku langsung terkejut! Bayangkan saja, kesunyian dalam rumahku tiba-tiba terpecah oleh suara telepon yang terdengar penuh misterius bagiku. Denyut jantungku terus berirama sepanjang aku menapak kakiku menuju ruang tengah. Sampai akhirnya, kuangkat telepon tersebut.

“ Assalamu’alaikum. Dari siapakah ini ?”

“Wa’alaikumsalam. Stev, ini Mami, Nak. Sekarang Mami berada di Bidan Tia. Letaknya di sekitar Kompleks Pemandian Kendedes.”

“Oh, saya tau, Mi. Mami ngapain berada di sana? Ada yang sakit, ya?”

“ Tidak. Ni kakakmu mau melahirkan. Semuanya berada di sini. Kamu jaga rumah saja, ya. Tapi kalau mau kesini, ya kesini saja tidak apa-apa.”

“ Iya, Mi.”

“Ya udah, wassalamualaikum.”

“ Waalaikumsalam”

Ternyata, yang telepon tadi adalah mamiku. Makanya, gak seperti biasanya rumahku mirip kuburan. Sepi…...buanget. Gak taunya, semua keluargaku pada ngunpul di tempat persalinan. Pantas aja, suaminya kakakku telepon-telepon terus ke mamiku mulai kemarin. Ternyata, eh ternyata kakakku mau melahirkan.

Sebenarnya, aku sudah sangat nguantuk dan pengen tidur siang ini. Tapi, terus kebayang ama kakaku. Kupanjatkjan doa kapada Allah agar kakakku diberi kelancaran dalam proses persalinan dan bayinya lahir dengan selamat. Waktupun terus berjalan, Sampai akhirnya,

“Stev…Stevy….Buka pitunya !” Teriak Adisty

“ Ada apa, Stev?” Tanyaku heran.

“Anu, aku tadi melihat mamimu dan kak Farida naik becak sedang menuju ke kampong sebelah!”

“Apa? Oh, mungkin itu kakakku yang baru selesai melahirkan dan sedang dalam perjalanan pulang.”

“Iya, paling Stev! Gimana kalau kita bersama-sama pergi ke sana untuk melihat kakakmu beserta bayinya?”

“ Aku setuju!”

Akhirnya, kami berdua segera pergi ke rumah kakak Stevy dengan naik sepeda mini. Sesampai di sana, ternyata rumah kakaknya telah dikerumuni oleh banyak orang untuk melihat bayinya. Aku dan Adisty pun langsung melihat bayi kak Farida. Ternyata, bayinya perempuan dan sangat lucu. Setelah berlama-lama melihat bayi, kamipun kembali pulang ke rumah.

Hari Kamis merupakan hari gencar-gencarnya berita tentang Shinee yang sedang mengeluarkan album terbarunya. Apa? SHINEE ? Gak salah denger, nih ?

Aduh, diakan boy band pertama yang aku sukai. Apalagi salah satu personilnya bernama, Taemin yang super cool. Hati rasanya berbunga-bunga mendengar kabar bahwa mereka sedang meluncurkan album terbarunya. Aku harus bisa mendapatkan album terbaru tersebut ! Karena, di rumah aku sudah mengoleksi 2 album, yaitu Replay dan The Shinee World.

Di sekolah, teman-temanku semua pada ngomongin Shinee. Termasuk Jennifer, Terry, dan Adisty.

“Eh, kau penggemar Shinee! Tadi aku lihat di televisi kalau idolamu sudah meluncurkan album baru tu !” jelas Jennifer

“Iya, seingatku, albumnya berjudul Amigo”, sambung Terry.

“ Oh, ya! Tadi page aku beli Tabloid Genie, lho! Covernya gambar Shinee. Taemin idolamu terlihat keren abiezt. Isinya, membahas tentang album terbarunya. Apa kamu tak tertarik tuk membelinya?” kata Adisty.

“ Hah, beneran, nech? Ya udah dech. Ntar aku anterin beli tabloid tersebut, okey. Mumpung aku bawa uang banyak, heheheh”

“Okey,”

“ Waduh! Stevy kalau penyakit Shinee-nya sudah kumat, ya kayak gene, tu! Lihat aja glagatnya! Nyanyi-nyanyi sambil senyum-senyum sendiri, Tuch !” kata Jennifer.

“Betul, kau Jen. Biarin aja, wes situ anak.” kata Terry,

Pulang sekolah. aku dan Adisty pergi ke Citra untuk membeli tabloid. Setelah membelinya, kamipun kembali pulang.

Di rumah, kubaca semua isi tabloid itu sampai 3x. Bayanganku, hanya ada Shinee di benakku dan keinginanku tuk dapatkan album terbarunya. Akupun mengasah otak untuk mencari solusinya.Sampai akhirnya aku mendapatkan ide.

Pada hari Minggu, aku pergi ke rumah Adisty. Di sana, aku mengajaknya untuk pergi ke Gramedia di depan Sarinah di Kota Malang. Karena Adisty anaknya suka membaca buku, iapun mau untuk mengantarkanku.

Sesamapi di Gramedia, kamipun segera mnuju ke lantai 2 tempat buku-buku.

“Stev, ini bagus apa gak ceritanay?” katanya sambil menunjukkan novel berjudul Bunga-Bunga Jelita.

“Ehm…., bagus itu! Aku pernah membacanya. Pokoknya, habis membaca novel tersebut, kamu akan merasakan betapa bersyukurnya kita masih memiliki orang tua,” jelasku.

“Ya udah dach, aku beli yang ini aja.”

Dalam pencarian buku, tiba-tiba mataku tertuju pada 2 buku yang covernya pernah aku lihat. Siapa,ya? Shinee! Oh, My God…..!

“ Adisty, lihat ini! Apa yang aku pegang,” kataku bersemangat.

“ Ha! Pintar sekali kau bisa mendapatkannya di balik tumpukan buku yang banyak ini!” katanya terheran-heran.

“ Yaeyalah, Stevan getoh loh!”

Setelah puas mndapatkan buku, kamipun menuju kasir.

Lantai 2 pun mulai kami tinggalkan. Secara tak sengaja, aku langsung menarik Adisty ke tempat penjualan kaset di lantai 1, Gramedia. Di sana, aku mencari-cari album Shinee yang terbaru, siapa tahu ada. Selang beberapa detik kemudian, aku mendapatkan album tersebut. IYA! Amigo judulnya. Spontan, aku langsung menangis seketika. Aku tak percaya akan mendapatka albumnya ini. Aku terharu ! Akhirnya, adity menghiburku dan menyuruhku ntuk berhenti menangis karena tak disangka, semua orang yang ada di sana melihatku menangis. Aku cuek aja. Akhirnya, adistypun mengantarkanku ke kasir. Setelah puas berbelanja souvenir yang berbau Shinee, kamipun pulang ke rumah naik angkot biru jurusan GA lalu oper naik LA.

Di rumah, langsungku coba kaset terbaruku bersama Adisyti. Kebetulan, di rumah lagi gak ada orang. Hanya aku seorang diri. Dalam hati, ini merupakan kesempatan emas untuk enjoy-enjoy. Kututup kelabu dan kuganti lampu pilip dengan lampu disco. Maknyus…

Setelah itu, kamipun bergantian membaca buku biografi dan buku lagu Shinee.. Wah, pokoknya, hari minggu itu merupakan yang hari penuh sejarah bagiku. Waktupun telah menjelang senja. Adisty berpamitan pulang.

Keesokan harinya, aku menceritakan semuanya kepada Jennifer dan Terry.

“Oh, iya? Sampai segitunya kamu ngebet ama Shinee” kata Jennifer terheran.

“Ah, biarin aja, Jen. Kan dia suka. Jadi gak boleh kita paksain” nasehat Terry.

Kami berempat terus mengobrol sampai akhirnya terdengar pengumuman bahwa 1 miggu depan akan diadakan ulangan semester 1. Sontan, aku terkajut ! begitu juga 3 temanku yang laen.

Lima haripun telah berlalu. Aku sudah mempersiapkan belajarku secara matang semenjak gurunya memberitahukan pengumuman. Sehari sebelum ujian, aku masih sempat mewnyetel kaset Shinee sebagai motivasi belajarku.

Hari ini adalah hari Senin. Dimana waktunya aku menghadapi masa-masa genting menghadapi ujian selama 6 hari kedepan. Tapi, semuanya dapat aku atasi denagn berdoa, belajar denagn tekun, dan sebagai penambah motivasi belajar, aku selalu mengingat ingit, Shinee.

Hari berjalan begitu sangat cepat. 6 hari menghadapi ujianpun telah selesai. Aku saja masih belum sempat meraskan udara bebas. Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa hari Rabu akan diadakan acara pengambilan raport.

Dalam pembagian raport semester 1, ternyata setelah aku melihat nili-niliku yang selam ini aku perjuangkan dengan susah payah ternyata begus-bagus. Tidak ada satu mata pelajaranpun yang remidi. Tetapi, karena saingannya terlalu pinter-pinter, aku hanya bias menduduki peringkat ke 5. Sama seperti kelas 7 dulu.

“ Adisty, gimana dengan hasil raportmu?”

“OH, alhamdulillah, baek semua. Aku menduduki peringkat ke 6. kalau kamu dapat berapa, jen?’

“ aku sih masih ada 1 nilaiku yng jelek yaitu b-inggris. Kalau peringkat, aku menduduki nilia ke 7.” Jelas Jennifer

“ wah, frendt. Kalau aku Sih mendapatkan peringgat ke 8.” Jelas terry.

“lho, kok bias?” tanyaku.

“ waktu itu, sehari sebelum ujian, aku sakit panas. Jadi, watu jian berlangsung, adu mahih sakit-sakitan. Dan jadinya ya kayak gene,dc…”

“udahlah, gak apa-apa, ter. Yang penting kita berempat telah masuk ke dalam 10 besar, kan?” hibur Adisty.

“ betul, betul, betul,” jawab kami bersamaan.

Liburan semester 1 telah di depan mata. Tepat 3 hari sebelum liburan sekolah, aku menderita sakit. Aku terkaena tifus. Iya. Ya begini diriku. Setiap aku selesai ujian, selalu ada penyakit yang menghampiri aku. Untung sakitnya gak sebelum ujian. Coba kalau iya, bisa semaput 7 hari 7 malam nte mikirin ikt ujian susulan.

Penyakit tifusku parah sehingga aku harus rawat inap di puskesmas tumapel hari aku berada di sana. UHH, gak enak sekali! Udah diinfuse, bau kamar serupa alkohol, mau makan tidak enak, pokoknya serba gak enak dak nyeyak wes. Kata dokter, aku sakit ini kareana terlalu banyak mikir dankecapeka sehingga telat makan. IHHH, dokter ini kok tau aja ! itu buka aub,dok. Tapi gak apalah. Emang kenyataannya kayak getu,hikshikshikshiks

Akhirnya, penderitaanku setelah lama terpenjara di puskesmas yang lawas, akupun bisa kembali pulang ke rumah. Ibu dan aku naik begak. Sesampai di rumah, Ternyata teman-temanku sekelas telah stand by di ruang tamu, termask Jennifer, terry, dan adisty. Mereka menyambutku. Aduh, hati ini serasa lega melihat mereka masih memperdulikanku. Kami sekelas saling mengobrol. Rumahku serasa separti Pasar Singosari. Ruame….buenget. Tapi, tak apalah. Aku senang kok melihat mereka sudah dating untuk nenjengukku.

Waktupun telah menunjukkan pukul 15.00 sore. Temen –temanku berpamitan pulang. Di sela-sela berpamitan pulang, ternyata masih ada kejutan lagi . Adisty memberiku sebuah amplo berisi uang yang berasal dari sumbangan anak-anak 1 kelas. Ya, Allah…, iku langsung berterima kasih pada mreka dan tak terasa telah meneteskan air mata. Aku terharu. 10 menit kemudian, bayang-bayang dari teman telah hilang.

31 desember 2008 merupakan hari teakhir dalam tahun 2008. aku sekeluarga beserta keluarga Adisty akan merayaka tahun baru ke Stadion Gajahyana, malang malam nanti. Keluargaku dan Keluasga Adisty sudah seperti saudara yang sangat dekat seperti dalnya aku dan dia.

“ Stev, aku gak sabar, neh nunggu nanti malam merayakan tahun baru”.

“ Udahlah, tunggu aja. Yang sabar, dnnk ! Kalau boleh jujur, bukan cuma kamu saja yang gak sabar, tapi aku juga, Dis. Tapi, apa boleh buat? Toh, kita tak bisa mempercepat waktu. Iya, kan ?” terangku

“ bener juga, kau! Ya udahlah, lebih baek kita tidur siang dulu biar nte malam gak ngantuk”.

“ ayo.”

Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Rombonganku berkumpul ke rumahnya Adisty. Setelah siap semua, kita berangkat ke sana dengan menaiki mobil Avansa pada pukul 10 malam.

Satu jam telah berlalu. Kami tiba di tempat yang sudah sesak dipenuhi beribu-ribu orang. Sambil menunggu dimulainya acara tahun barunya, aku dan Adisty turun dari mobil dan mencari-cari makanan. Sedangkan keluarga kami yang lain masih berada di mobil.

“ enaknya beli apa, ya? Pokoknya yang anget-anget, dech”, Pinta Adisty.

“itu ada cilok di sebelah sana ! Dimana kalau kita menbeli itu ? Kan ciloknya masih anget.”

“ kok kamu tahu?”

“ disty, lihat aja. Asapnya masih trerlihat dan itu membuktikan bahwa ciloknya masih anget.”

“ oh, iya,ya! Kamu kok jenius,sih. Gemes aku ama kamu. Hiiiiiii ”, sambil mncubit pipiku.

Kami berdua sagara menuju ke penjual cilok tersebut da ternyata, cilokya masih hangat bahkan panas. Selain membeli cilok, aku juga membeli kacang rebus, roti baker, martabak, dan tak ketinggalan pula es kri walls.

“ ih, dingin-dingin kok beli es krim? apa nanti gak tambah katuken kan?Kata adisty terheran

“ endaklah, dis. Percayalah padaku. Aku sudah terbiasa minum es malam-malam kok. Jadi gak usah kawatir aku kedinginan. Kan masih ada roti baker dan martabak yang busa menghangatkan tubuh,’

“ terserah kamu,dech”.

Selepas mencari makanan, kulihat jam ternyata jarum jam telah menunjukkan pukul 23.59. apa? Kurang satu menit? Kami berduapun segera berlarian menuju tempat diparkirkanyya mobil kami.

5,4,3,2,1, DUAR…..DUAR….DUAR…..TER…..

bunyi kembang apipun telah terdengar. Langit-Langit telah dihiasi oleh eloknyan warna-warni kembang api. Aku dan adisty saling memfoto kembang api yang menghiasi kegelapa langit. Dan kami semua berteriak,

“ selamat datang tahun baru 2009”

Pesta acara kembang api yang berlangsung satu jam telah berakhir. Waktunya kami pulang. Meskipun dalam perjalanan pulang, ternyata masih ada di beberapa sudut kota yang memeriahkan acara pesta kembang api tersebut. Aku kecapeken hingga tak terasa tertidur lelap.

Keesokan harinya, tak seperti biasa Adisty tiba-tiba meminta foto-fotoku untuk di kirim ke handphone-nya. Otomatis, aku juga meminta foto-fotonya juga, donk.

“ Stevy, bentar, dulu,ya. Aku mau pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu. “

“iya, tapi jangan lama-lama, ya..”

Adisty pun pulang ke rumah. Setelah itu, ia kembali ke rumah Stevy lagi.

“Tevy, ini aku akan memberimu sebuah kenang-kengangan dariku untukmu”

“ hah? Apa maksudnya ini? Kan rumah kita berdekatan. Gak usah pake kenang-kengangan segala.”

“tidak, Stev. Mulai besok rumah kita sudah berjauahan”

“berjauhan?’

“iya. Rumah kita akan terpisahkan oleh selat dan pulau. A…aku…a…aa..akan..”, tiba-tiba tangisan Adisty meledak.

“Adisty, kenapa kamu menagis? Kamu akan ada kan, disty?. Mengapa kamu katakan seperti itu? Ada apa ini sebenarnya?”

Tiba-tiba Adisy memeluk erat tubuhku seperti ia tidak mau kehilanga diriku.

“ Aku akan pindah ke Kalimantan Karena Ayahku akan membangun uasah di sana.”

Ia kembali menangis dan menempel pada pundakku.

“Apa? Kamu tidak bohong,kan Dis…?’ kataku masih tidak percaya.

“eng…eggak, Stev…it…itu kenyata….an?”

“ oh, tidak! Seketika itu juga tangisku pecah,. Sekarang aku tahu mengapa tiba-tiba ia datang ke rumahku untuk meminta foto-fotoku dan memberiku sebuah kenang-kengan berupa kalung liontin. Setelah cukup lama kami bertangis tangisan, akhirnya terpintas dalam otakku ntuk memberikannya sebuah boneka yang baru kubeli 2 hari yang lalu dan masih belum aku bekua dari bengkusannya.

“ Adisty, terima kasih kau telah memberiku sebuah kalung liontin. Sekarang, terimalah boneka pemberianmu ini untukmu.”

Adisty memelukku lagi da tangisnya kembali pecah sampai sampai matanya bengkak.

“ udahlah, Dis. Kalau kenyataanynya gene ya diterime saja.“ hiburku.

“ tapi, di dunia ini, semenjak aku lahir, aku sudah kenal kamu dank au sahabat terbaikku yang pernah ada. Aku tidak bias melupakan dorimu, Stev”

“ aku juga, Dius..

Tiba-tiba, Adista dijemput oleh kakaknya untuk segera pulang dan mempersiapkan segala hal untuk besog.

Akupun langsung menelpon Jennifer dan Terry agar besok datang ke rumahku untuk melihat Adisty untuk terakhir kalinya.

Hari H telah datang. Pagi itu juga, Jennifer dan terry telah sampai di rumhku. Seketika itu juga, tiba-tiba datanglah keliarga Adisty untuk berpamitan pada keluargaku. Aku, Jennifer, terry, dan adisty saling berpelukan dambil mamberikan kenangan termanis untuk terakhir kalinya.

Setelah berpamitan, Adisty sekeluargapun berangkat ke Kalimantan. Aku masih melihat wajahnya yang sumbab karena terlalu banyak menangis.

Sekarang hanya orang bertiga. Namun, aku masih tetap saja kesepian. Tidak ada yang diajak bermain bersama, bernyanyi gaya Shinee bersama, dan …….pokoknya sakit jika aku ingat masa-masaku bersama dia. Aku selalu memikirka dia sampai-sampai kebawa mimpi.

Dalam kesepianku, tiba-tiba terdengarlah telepon berbunyi.. Aku mengangkat telepon tersebut dengan sayu dan lesu.

“ halo, siapa ini?”

“ Hallo, ini Stevy, ya?”

“Ini Adsity, kan?”

“iya ! betul sekali. Gimana kabarmu sekeluara ? baik – baik saja bukan?’

Stevypun mengatakan bahwa dia dan keluaganya baik-baik saja. Dia juga menjelaskan bahwa dia selalu memikirkan Adisty.

“ aku juga selalu memikirkan kamu, Stev. Tiap hari aku peluk boneka pemberianmu untuk mengobati kerinduanku padamu. “

“Tak lupa pula tiap hari selalu lihat foto-fotomu dan kalung liontin pemberianmu juga aku pakai tiap hari.’

Merekapun bercakap-cakap cukup lama sampai-sampai satu jam telah terlewatkan.

“ Stevy, sampai disini dulu,ya pembicaraan kita. Kapan – kapan kita sambung lagi.”

“oh, iya,dis. Salam Rindu”.

“salam rindu juga,”

Adistypun mengakhiri telepon tesebut. Stevy masih tidak percaya bahwa meskipun dalam keadaan seperti ini, Adisty masih tidak melupakan dirinyta,. Dia sangat senang sekali. Kerinduanyya telah terobati dengan kemunculan telepon dari Adisity. Dalam hatinya, ia tidak akan melupakan kebaikan dan masa-masa keceriaanyya bersama Adisty. Kekuatan sahabat akan selalu utuh selamanya walau mata tak selalu dekat di hati.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Cerpen | TNB